Tadi
siang saya baru saja melakukan operasi ringan di mata. Bahasa medisnya: operasi
minor dengan dilakukannya insisi. Penyebabnya sederhana saja, bintitan atau hordeolum. Tidak keren, ya.
Sebenarnya
saya enggan sekali melakukan operasi ringan ini. Sungguh saya tidak suka bau
rumah sakit, saya benci obat dan jarum suntik, serta mual melihat darah. Namun,
mau bagaimana lagi, sepertinya hordeolum ini
tidak akan hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan insisi.
Tiga
hari yang lalu (Selasa) saya telah melakukan kontrol dengan dokter untuk
melihat kondisi kelopak mata serta kapan sebaiknya tindakan (insisi) dilakukan.
Tercapai kesepakatan bahwa operasi akan dilakukan pada hari Kamis. Kamis pagi
saya datang ke rumah sakit dan ternyata dokter belum siap, kemudian diundur
menjadi hari Jumat. Kalau kata orang Jawa, sih, gonduk. Sudah siap-siap dan berdebar-debar, eh ternyata tidak jadi
operasi. Ya sudah.
Lalu
tibalah hari ini. Sebelumnya saya telah bertanya pada beberapa orang yang
pernah melakukan operasi yang serupa. Pertanyaan saya sama: apakah terasa
sakit? Pertanyaan bodoh, sebenarnya. Tentu saja sakit, namanya juga operasi.
Namun, jawaban yang saya dapat beragam, ada yang mengatakan tidak sakit, ada
yang mengatakan sakit ketika dibius saja, ada juga yang mengatakan sangat
sakit. Saya berusaha untuk positive
thinking dengan bersugesti bahwa operasi ini tidak akan sakit.
Ditemani
Mama, saya berangkat ke rumah sakit dan melakukan pendaftaran. Mulai panik. Eh
ternyata masih menunggu dulu satu setengah jam karena dokternya tak kunjung
dipanggilkan. Paniknya jadi bertahan cukup lama. Mengesalkan.
Masuklah
di Ruang Bedah yang sangat dingin, lalu disterilkan. (Btw, namanya serem juga,
ya, Ruang Bedah, seperti operasi besar saja.) Kemudian dokter masuk dan operasi
pun dimulai.
Diawali
dengan pertanyaan, “Sakit sedikit tidak apa-apa, ya? Hanya waku disuntik.” Saya
diam saja. Pasien yang menyebalkan, mungkin. Tetapi, saya diam karena takut dan
tegang, bukan karena enggan menjawab. Maafkan saya, Dok.
Kedua
kelopak mata saya dibuka lebar dan saya diminta untuk melirik ke atas,
kemudian…. Cussss. SIALAN. DISUNTIK BEGINI SAJA SAKIT BENAR, SIH.
Kemudian
mata kanan saya mulai mati rasa dan dokter melakukan pembedahan untuk mengambil
benjolan di kelopak mata. Masih terasa linu walaupun sudah diberi obat bius.
Saya menahan sakit dengan mencengkeram erat kedua tangan saya yang saling
bertautan, sepertinya dokter merasakan kegelisahan saya dan berkata, “Tidak
apa-apa, ini mau selesai, tidak sakit.” Tidak
sakit. Tidak sakit.
Rasanya
ingin menangis dalam hati. Eh menangis sungguhan juga boleh, tapi gengsi. Mungkin
hanya satu atau dua menit dokter melakukan pembedahan. Tetapi, sungguh, itu
adalah dua menit terlama dalam hidup saya.
Setelah
linu yang panjang, operasi selesai. Mata saya ditutup dengan kasa steril dan
kapas. Saya kira kecil, ternyata sangat besar dan mengganjal. Setelah itu, mata
saya terus terasa kaku dan pedih. Hingga sampai saat saya menuliskan entry ini, masih terasa sedikit linu
walaupun sudah tidak berdarah dan telah dikompres dengan air hangat serta
diberi salep antibiotik. Mata kanan saya masih harus ditutup kira-kira sampai
12 jam kemudian tetap diberi salep antibiotik dan antibiotika oral (obat
diminum).
Sungguh
saya tidak menyangka operasi kecil untuk bintitan saja akan terasa seperti ini.
Entah saya yang berlebihan, tetapi ini adalah operasi pertama saya. Hanya operasi ringan, tetapi cukup sakit
juga ternyata. Beberapa kali saya mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan
beraktivitas seperti biasa. Namun sayangnya, mata saya belum bisa berfungsi
dengan optimal sebelum perban ini dilepas. Tentu saja, masih terasa linu dan
pedih walau sudah beberapa jam sejak pembedahan dan saya berusaha mengabaikan
rasa sakit tersebut.
Tetiba
teringat kalimat dari novel The Fault in Our Stars karya John Green (2012), “That's the thing about pain, it demands to be felt.” Sakit menuntut
untuk dirasakan. Benar sekali. Semoga esok hari sudah baik-baik saja sehingga
saya bisa mengerjakan UAS take home
yang rindu belaian.
Oi.
No comments:
Post a Comment