Saturday 6 June 2015

#18 Untuk Kebaikan yang Lebih Besar

Semua orang selalu berusaha memilih yang terbaik. Untuk siapa? Bisa jadi untuk dirinya, atau mungkin untuk orang yang dicintai, dihormati, diseganinya, bahkan mungkin untuk hal-hal yang memiliki urgensi. Bukankah begitu? Kita disodori pilihan-pilihan yang kadang membingungkan, dan beberapa situasi memaksa kita untuk memilih satu yang (dianggap) terbaik. Dalam situasi seperti itu, akankah kau memilih yang paling menguntungkan bagi dirimu? Atau akankah kau bersedia mengorbankan dirimu untuk kepentingan lain?

Tidak mudah untuk dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berat. Tentu saja, kita harus memilih dengan mempertimbangkan skala prioritas, bukan? Priority, one does not simply. Naluri manusia menyusun skala prioritas dari mana? Logika atau perasaan. Plot twist: logika dan perasaan sering tak sejalan. Yang diagungkan perasaan terkadang disepelekan oleh logika, demikian sebaliknya. Perlu diingat bahwa posisi keduanya seimbang. Tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk.

Beberapa di antara kita cukup cerdas untuk memilih berdasarkan logika, sedangkan sisanya cukup baik hati untuk memilih berdasarkan perasaan. Namun, menyedihkan apabila pilihan yang diambil bukanlah apa yang benar-benar diharapkan. Bagaimana jika kita dituntut untuk memilih berdasarkan logika, sementara perasaan tidak setuju? Tetapi, tentu saja, semua pilihan yang kita ambil memiliki konsekuensinya masing-masing. Antara logika dan perasaan terkadang memberikan pilihan yang baik bagimu, namun tidak bagi orang di sekitarmu, demikian sebaliknya.

Ya, dalam hal-hal tertentu kita dipaksa memilih. Tidak hanya memilih menggunakan logika atau perasaan, tetapi juga memilih mana yang memiliki pengaruh lebih baik, entah bagimu atau bagi semua orang. Jika kita memilih yang terbaik untuk diri sendiri, apakah kita harus mengorbankan kepentingan lain? Jika kita memilih untuk kebaikan bersama, apakah akan mengorbankan diri kita sendiri? Entahlah.

Yang pasti, pilihan-pilihan yang kita ambil adalah yang (diharapkan) paling bijaksana. Jangan disesali, karena pilihan yang (dianggap) bijaksana memiliki pengaruh yang lebih besar.

No comments:

Post a Comment