Sunday 31 May 2015

#12 Circle of Friends

geng /géng/ n cak 1 kelompok remaja (yg terkenal krn kesamaan latar belakang sosial, sekolah, daerah, dsb); 2 gerombolan

Di saat kita duduk di bangku sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas, tak jarang kita berjumpa dengan kata geng. Geng, atau dalam KBBI disebut sebagai kelompok remaja yang terkenal karena latar belakang yang sama, tak jarang menimbulkan gunjingan dari lingkungan di sekitarnya. Bahkan, terkadang gunjingan tersebut berasal dari geng lain yang serupa. Beberapa di antaranya jelas-jelas menjuluki diri mereka dengan suatu nama, sedangkan yang lainnya cukup berkumpul bersama tanpa perlu dilabeli. Alih-alih geng, saya lebih suka menyebutnya dengan circle of friends, yakni mereka yang sering menghabiskan waktu bersama.

Mengapa bisa terbentuk circle of friends? Seperti konsep dasar dari kata itu sendiri, circle of friends dapat terbentuk karena kesamaan latar belakang. Latar belakang yang dimaksud bisa saja budaya, kebiasaan, maupun selera humor. Selera humor seringkali menjadi faktor utama yang menuntun beberapa orang sering berkumpul dan akhirnya membentuk circle of friend. Bermula dari jokes ringan, kemudian berlanjut ke hang out bersama, lalu hal tersebut terus berlanjut selama beberapa waktu hingga terbentuk suatu ikatan tak kasat mata.



Tentu saja, tidak semua orang memiliki tendensi untuk tergabung dalam suatu circle of friend. Hanya sebagian yang memiliki naluri tersebut, sedangkan sebagian sisanya merasa nyaman dengan tidak tergabung dalam kelompok manapun. Keduanya baik-baik saja bagi saya. Namun, menjadi tidak menyenangkan apabila orang-orang yang tergabung dalam circle of friends sangat tertutup pada kemungkinan untuk bersosialisasi dengan orang-orang di luar kelompoknya. Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan dapat merugikan orang yang bersangkutan.

Tidak ada salahnya untuk merasa nyaman dengan mereka yang berlatar belakang sama, sebagian besar dari kita menyadarinya. Dalam lingkup pertemanan yang cukup besar, akan banyak kita jumpai circle of friends yang terkadang keberadaannya tidak terelakkan. Lalu, apakah keberadaan circle of friends itu salah? Tentu saja tidak. Tetapi, perlu ditekankan bahwa dengan tergabung ke dalam suatu kelompok tertentu tidak boleh membatasi kebebasan kita untuk melakukan segala sesuatu. Baik berkarya hingga bersosialisasi. Dengan tergabung dalam suatu circle of friend pula, kita harus tetap menghormati dan menghargai lingkungan sosial yang ada. Fair enough?

Saturday 30 May 2015

#11 The Scariest Thing That Causes Injury


Manusia tak akan pernah berhenti untuk bersosialisasi.
Mereka akan selalu berbuat sesuatu untuk menciptakan kenyamanan bagi dirinya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan sebuah aktivitas, dapat berupa suatu obrolan atau pembicaraan.

Saya akan membahas secara khusus pada topik sebuah obrolan atau pembicaraan. Sebuah obrolan atau pembicaraan adalah hal yang sakti. Hal tersebut dapat menciptakan kedamaian, namun, juga sebaliknya. Hal itu dapat juga menciptakan sebuah peperangan. 

Pada dasarnya, manusia senang dicintai. Manusia senang dipuji. Mereka suka mendengar sesuatu yang menyenangkan hati dan perasaannya. Oleh karena itu, mereka sangat benci dengan yang namanya penghinaan. Penghinaan yang tidak enak untuk didengar.

Sebuah luka atau goresan pada fisik memang menyedihkan. Namun, luka pada perasaan akan jauh lebih menyakitkan. Saya sempat menonton film The Interview, film yang kontroversial, saya suka dengan salah satu dialog pada film itu. Perkataan yang diucapkan oleh President Kim (real name: Randall Park) seperti ini,

"You know what is more destructive than a nuclear bomb? Words."

Kurangi kebiasaan menghina dan menyinggung perasaan orang. Karena kamu tidak pernah tahu bagaimana kata-kata bisa menghancurkan seseorang. Bahkan, saya mungkin masih sering melakukannya. Saya sering melakukan kesalahan. Tetapi, peringatan akan hal itu juga sering terdengar. Tidak ada salahnya untuk selalu berbuat baik.

Friday 29 May 2015

#10 The Power of A Secret Weapon

Aku selalu luluh terhadap sebuah senjata
Dengan senjata itu, amarahku teredam
Dengan senjata itu, masalahku memudar
Dengan senjata itu, senyumku mengembang

Senjata itu tidak tajam seperti belati
Tidak juga runcing seperti bambu
Atau seperti meriam yang membutuhkan peluru besar
Aku luluh hanya dengan satu senjata sederhana

Senjata ini senjata yang lembut
Senjata yang tidak menciptakan luka
Senjata yang tidak memabukkan
Belum ada kabar bahwa seseorang terkena musibah karena senjata ini

Senjata ini memang ampuh, karena belum pernah gagal terhadapku
Ketika aku luluh pada senjata ini, lawanku pun sangat senang
Berwarna terang dan menarik, dengan aroma yang menenangkan
Sebut saja senjata itu bunga


*to someone who always defeat me with this weapon; thank you*

Thursday 28 May 2015

#9 Terancam

Langkah-langkah itu berderap
Hendak meluluhlantakkan
Dan membumihanguskan

Suara-suara itu mendekat
Bersaut-sautan memekakkan telinga
Gempar dan gegap gempita

Bayangan-bayangan itu berkelibat
Dengan obor senyala amarah
Menggenggam kapak berlumur darah

Mata-mata itu melihat
Mencari sampai sudut terdalam
Haus akan kematian

Wednesday 27 May 2015

#8 Tentang Stereotip

“Ya ampun, cupu banget! Pasti anak FK.”

“Anak pejabat sih mana mau kerja part time.”

“Pasti dikasih lah, kan lo anak tunggal.”

Sering mendengar ungkapan di atas? Selamat, kamu berada dalam lingkungan yang suka menggeneralisasikan. Segala sesuatu dikotak-kotakkan sesuai dengan latar belakang usia, status, profesi, atau apapun yang dapat dikelompokkan. Segala sesuatu dipandang dari kacamata yang sama tanpa melihat faktor-faktor lain di belakangnya. Menilai dari stereotip.

stereotip/ste·re·o·tip/ /stéréotip/ 1 a berbentuk tetap; berbentuk klise: ucapan yg --; 2 n konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yg subjektif dan tidak tepat.

Stereotip, yang belum tentu benar, telah membawa manusia tenggelam dalam pola pikir yang menghakimi. Stereotip, yang dinilai dari sisi subjektif, mengelompokkan manusia dalam wadah-wadah yang tidak kasat mata.

Sayangnya, stereotip seringkali digunakan sebagai patokan untuk menilai. Stereotip dianggap sebagai gagasan umum yang pasti benar dan meyakinkan. Stereotip mengajarkan bahwa dengan latar belakang yang sama, manusia pasti memiliki kondisi yang sama pula. Digolongkan sedemikian rupa.

Padahal, bukankah manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik? Yang berbeda tiap individunya, tak ada satu pun yang persis sama dengan manusia lainya. Tidak dapat dipahami sebagai satu kesatuan apabila tidak dilihat secara keseluruhan.


Jadi, jangan menghakimi. Jangan menilai berdasar stereotip, karena manusia hanya melihat apa yang ingin diperlihatkan.

Tuesday 26 May 2015

#7 A Secret to My Friend

I will tell you, my friend
His eyes are the only Christmas lights that deserve to be seen all year long
He thinks too much,
misses his father,
hates to laugh,
and he’s terrible at lying
Because his face never figured out how to do it correctly

I will tell you, my friend
He never gives me roses
nor gifts
But he gives me his world

I will tell you, my friend
If my alarm clock sounded like his voice
my snooze button would collect dust

I will tell you my friend
If he came in a bottle
I would drink him until my vision is blurry

I will tell you, my friend
If he was a book
I would read him page-to-page
hoping to find typos
just so we can both have a few things to work on

Because aren’t we all unfinished?
Don’t we all need a little editing?
Aren’t we all waiting to be proofread by someone?
Aren’t we all praying they will tell us that we make sense?

He don’t always make sense
But his imperfections are the things I love about him the most



*sent to me many years ago from a good friend of mine*

Monday 25 May 2015

#6 Jateng Youth

Hai!
Kebetulan hari ini, 25 Mei 2015, bertepatan dengan launching event YOUTHDAY SEMARANG 2015 dari Jateng Youth. Jadi, saya ingin bercerita sedikit mengenai organisasi yang saya ikuti ini, ya.

Jateng Youth merupakan organisasi independen nonprofit yang dibentuk pada tahun 2013 dengan tujuan untuk menjadi jembatan antara anak muda dengan pemerintah, jadi seperti penyalur aspirasi anak muda di Jawa Tengah. Selain itu, Jateng Youth dibentuk untuk meningkatkan semangat dan partisipasi anak muda yang ingin membangun Jawa Tengah untuk menjadi lebih baik.

Mulanya, Jateng Youth hanya beranggotakan beberapa orang yang dikoordinir oleh Kristi Ardiana. Namun, karena tingginya antusiasme anak muda di Jawa Tengah untuk bergabung, kini Jateng Youth memiliki 68 orang anggota dari berbagai daerah. Pencarian anggota melalui sistem open recruitment yang melalui dua tahap yakni pengiriman CV dan wawancara. Meski masih seumur jagung, Jateng Youth merupakan organisasi yang luar biasa karena telah berhasil membawa dampak positif bagi Jawa Tengah lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

Event pertama merupakan sharing dan buka bersama Walikota Semarang yang diadakan pada bulan puasa tahun 2013. Dari acara tersebut terkumpul aspirasi-aspirasi dari berbagai anak muda di Semarang yang kemudian direalisasikan oleh pemerintah. Dari diskusi itu pula, Bapak Hendrar Prihadi akhirnya membuat akun twitter agar lebih mudah menerima aspirasi dari penduduk Kota Semarang, khususnya anak muda yang aktif di media sosial.

Event kedua merupakan seminar untuk menentukan trademark dari Kota Semarang. Dalam seminar tersebut diisi oleh peneliti Komunitas Wayang Potehi dan pakar Gambang Semarang yang merupakan kesenian asli dari Semarang.

Event ketiga merupakan diskusi interaktif yang kembali diadakan bersama Walikota Semarang untuk membicarakan tentang pembangunan Kota Semarang. Dalam diskusi tersebut juga diisi hiburan oleh band akustik asal Semarang yakni Grandlatte & Mochaccino, juga StandUp Comedy Semarang.

Selain ketiga acara utama tersebut, Jateng Youth juga beberapa kali menggelar acara “ringan” yakni charity yang diadakan pada 2014 lalu. Dalam charity tersebut, dana yang terkumpul diberikan kepada Satinah, warga Kabupaten Ungaran, yang terancam eksekusi mati di Saudi Arabia.

Dalam beberapa hari ke depan, tepatnya tanggal 30 Mei 2015 akan digelar acara besar keempat yang akan diselenggarakan oleh Jateng Youth yakni YOUTHDAY SEMARANG 2015. Dalam event tersebut akan terdapat dua kegiatan utama yakni talkshow dan charity.

Yang menarik dari Jateng Youth adalah, seluruh anggotanya tidak terikat kontrak apapun, bahkan beberapa di antaranya melanjutkan studi di luar Jawa Tengah, namun masih menunjukkan loyalitas pada organisasi ini. Meski berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, terdapat suatu ikatan tidak kasat mata yang mengajak anggotanya untuk terus aktif dan berkontribusi. Semuanya untuk tujuan yang sama, yakni membangun Jawa Tengah menjadi lebih baik lewat pemudanya. Menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi saya dapat tergabung dalam organisasi ini. Meski belum cukup lama, Jateng Youth terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dalam mencapai visinya.

Berikut saya lampirkan event YOUTHDAY SEMARANG 2015 yang akan datang:



Hey, Semarang!
Prepare yourself because the greatest event for young souls is coming to town!

YOUTHDAY SEMARANG 2015
Saturday, May 30th 2015
at Balaikota Semarang
FREE!!!
-----------------------------------------

TALKSHOW
"A Youthful Spirit To Contribute"

Speakers:
1. Hendrar Prihadi, SE, MM (Walikota Semarang)
2. Gatot Hendraputra (Komunitas Jazz Ngisor Ringin)
3. Selo Pangestu Imawan (Project Leader Future Leader Summit 2015)
4. Benny Sumardiana, SH, MH (Dosen Fakultas Hukum Unnes)

09.00-13.00
at Auditorium Balaikota Semarang
Special performance by:
Grandlatte & Mochaccino
Standup Comedy Semarang
and many more!
-----------------------------------------

CHARITY
with 150 children from orphanages and Dynamic Learning community

13.00-end
at Pendopo Balaikota Semarang
Special performance by:
BCOS
Wayang Tenda
and many more!
-----------------------------------------

Save the date and register now at http://goo.gl/forms/JFFvDsQY9S

For more information head on to
IG: youthday_smg
Twitter: youthday_smg

CP:
Marsela (083842262110)
Tasya (085799990795)




Sunday 24 May 2015

#5 Music Concert

I’m in a love hate relationship with watching music concert. Di satu sisi saya suka sekali menonton konser musik, apalagi jika konsepnya menarik dan guest star-nya saya sukai. Di sisi lain, ada beberapa hal yang terkadang menghambat saya menonton konser musik. Hal ini membawa saya pada paradoks yang menggelikan.

Alasan pertama saya menyukai konser musik yakni, I love the crowd. Atmosfer di tengah keramaian konser terasa menyenangkan bagi saya. Semua orang bergoyang, menghentak, dan bernyanyi dalam irama. Semuanya bersatu dalam alunan musik yang sama. Terasa bebas, melayang, dan sejenak melupakan hal-hal yang menuntut untuk dipikirkan.

Alasan kedua, tentu saja, ingin menyaksikan aksi panggung dari musisi idola saya. Entah mengapa, jika konser tersebut diisi oleh penyanyi/band favorit, saya akan mengupayakan sebisa mungkin untuk hadir. Terkadang melihat mereka dari jauh pun sudah merupakan kepuasan tersendiri bagi saya, apalagi melihat aksi panggung yang mengesankan.

Alasan ketiga, saya penasaran dengan konsep yang diangkat dalam konser musik tersebut. Walaupun tidak menghadirkan guest star yang saya suka, namun apabila konsep yang dihadirkan menarik, saya akan tertarik untuk datang. Beberapa konser musik mengangkat tema-tema yang dikemas dengan apik dan pada akhirnya dapat memuaskan penonton.

Namun…
Ada sedikit faktor yang tidak saya sukai ketika datang pada suatu konser. Faktor-faktor ini mungkin sedikit menggelikan dan agak menjengkelkan jika dibaca. Tapi sekali lagi, ini merukapan tulisan yang sangat subjektif dari saya.

Pertama, saya sebal ketika menonton konser dengan posisi festival (berdiri di depan panggung) dan pandangan saya ke panggung terhalang oleh orang-orang tinggi. Saya memiliki tinggi tubuh wanita rata-rata. Tidak terlalu pendek, namun belum cukup tinggi untuk melihat lewat kepala mereka yang menonjol dari keramaian. Terkadang hal ini membuat saya gemas dan sedih. Oleh karena itu, saya rela datang lebih awal di suatu konser dan berdiri berjam-jam untuk mendapat posisi strategis Namun jika terlanjur berdiri di belakang, sungguh, rasanya ingin mengambil kursi dan berdiri di atasnya agar dapat melihat ke arah panggung dengan jelas.

Berikutnya, terkadang saya jengkel akan mereka yang merokok di tengah konser. Saya tidak masalah dengan orang merokok sepanjang asapnya tidak mengganggu orang lain. Oh, astaga, haruskah mereka merokok di tengah keramaian yang sumpek dan pengap? Jika sudah berlebihan, asap rokok membuat saya pening dan susah bernafas. Belum lagi, di beberapa konser yang sangat padat, api dari rokok seorang penonton sangat mungkin untuk tersulut di tubuh penonton lain. Jadi, yang egois saya atau mereka?

Ya, begitulah suka duka saya saat menonton konser musik. Bagaimana denganmu? Namun, meski ada beberapa hal yang saya benci dari menonton konser, saya tetap menyukainya dengan sepenuh hati dan tidak pernah segan untuk terus melakukannya. Bagi saya, menonton konser musik merupakan penghiburan yang menyenangkan untuk sejenak melarikan diri dari rutinitas.

Berikut saya lampirkan beberapa foto yang sempat saya ambil ketika menonton konser. Maaf bila kualitasnya sangat jelek karena: 1. Saya tidak pandai memotret, 2. Saya hanya menggunakan kamera ponsel yang bergerak.


Secondhand Serenade (27 April 2012)

Owl City (14 November 2012)

Maliq & D'Essentials at Pensaga 2014 Time Synergy (1 November 2014)

Air Supply (11 Maret 2015)

Maaf ada selfie, karena lucu aja ternyata Graham Russell melihat ke kamera saya waktu di-snap.

Naif at The Parade (11 April 2015)

Saturday 23 May 2015

#4 Surat dari Rantau

Jakarta,   6 November 1964

Untuk Ibuku yang kusayang

Halo, Ibu, apa kabar?
Kurasa Ibu membuka surat ini langsung setelah Pak Pos mengantarnya. Mungkin kau sedang menyapu? Aku bisa membayangkan Ibu langsung meletakkan gagang ijuk itu dan membuka amplop surat dengan tergesa. Lalu, sekarang kau sedang tersenyum membaca surat ini.

Apakah pohon jambu di depan rumah sudah berbuah? Terakhir aku pulang, pohon itu belum menampakkan kembangnya. Mungkin sekarang buah jambu yang manis sudah bergantungan di dahannya. Atau mungkin Ibu sudah mencicipi manisnya? Wah, sudah cukup lama, ya, aku meninggalkan rumah.

Aku ingin Ibu tahu bahwa aku di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan lancar berkat doa dan restu darimu. Maaf selama ini aku belum dapat membalas surat-surat dari rumah karena belum ada uang sisa untuk membeli perangko. Baru beberapa hari lalu aku mendapat bonus dari atasanku karena kinerjaku yang katanya cukup memuaskan. Lihat, anak Ibu berprestasi, ya.

Sungguh, aku rindu rumah, Bu. Aku rindu daun-daun pohon jambu, cemara, dan kemangi yang selalu berguguran di depan rumah kita. Aku rindu ayam-ayam tetangga yang tersesat ke rumah kita. Aku rindu opor ayam dan acar gurame buatanmu. Aku rindu Ibu.

Ibu, aku ingin memohon maaf sekali lagi karena libur Natal esok aku belum dapat pulang ke rumah. Tugas akhir tahun menumpuk dan awal tahun akan menjadi sangat sibuk bagi tempatku bekerja sekarang. Selain itu, tiket untuk pulang akan melambung tinggi pada awal tahun. Aku berjanji ketika semuanya beres aku akan pulang ke rumah.

Aku tahu Ibu menitikkan air mata ketika membaca surat ini. Jangan menangis, Bu. Aku ingin kau tersenyum bahwa anakmu sudah berhasil di kota orang. Aku ingin Ibu bangga. Kelak, ketika aku sudah menjadi orang sukses, aku akan mengajakmu ke sini untuk melihat bagaimana kota ini menemani pagi dan malamku. Aku yakin Ibu akan menyukainya.

Sekian dulu surat ini, ya, Bu. Semoga aku dapat rutin mengabarimu dengan surat-surat berikutnya. Aku menyayangimu.

Anakmu,


Ratri