Friday 19 June 2015

#31 Achievement Unlocked

Akhirnya post dengan tagar #31 keluar juga.
Terharu, senang, sedih, jadi satu.
Jangan dianggap lebay, ya.

Dari awal mengumpulkan niat dengan susah payah untuk mengikuti #31HariMenulis.
Akhirnya mendaftar tepat beberapa menit sebelum pendaftaran ditutup.
Lalu deg-deg an. Mengapa?
Karena saya tahu saya susah banget berkomitmen untuk menulis.

Tetapi, akhirnya berhasil juga nulis entry sebanyak tiga puluh satu kali tanpa sempat bolong sekalipun.
Walaupun terkadang isinya kurang bermutu, tapi saya cukup senang.
Bisa menuangkan emosi dalam tulisan.
Curhatan dan khayalan yang mungkin entah saya salurkan di mana kalau tidak di sini.

Terima kasih, #31HariMenulis.
Telah mengajarkan saya menjadi anak Komunikasi beneran.
Telah "memaksa" saya menjalankan komitmen.

Terima kasih, Bang Wiro dan Para Selir
yang rela mengecek tulisan tengah malam.
Semoga setelah ini tidak begadang lagi.

Cium cinta untuk kalian.

Thursday 18 June 2015

#30 Rumah Keong

Andai pacar itu seperti rumah keong
Selalu ada, selalu dekat
Ketika ada masalah di luar, tinggal berlindung saja
Masuk, ndusel

Andai pacaran itu seperti berada di rumah keong
Tidak berlebihan, namun juga tidak kurang
Tepat dan pas
Nyaman

Andai putus dari pacar itu seperti berganti rumah keong
Kalau tidak cocok, tidak sakit untuk ditinggalkan
Tidak meninggalkan luka
Lebih baik

Ah
Tapi tidak ingin pacaran serapuh rumah keong
Sekali diinjak, hancur


Wednesday 17 June 2015

#29 Ngide

Sebenarnya saya belum bisa dikategorikan sebagai "Anak Komunikasi yang doyan nugas sampai malam" jika dibandingkan dengan teman-teman dari konsentrasi Media dan Jurnalisme. Namun, beberapa kali juga saya dan teman-teman melembur tugas sampai malam untuk tugas beberapa mata kuliah di Strategis. Beberapa yang paling sering yakni untuk tugas kelompok Perencanaan Media dan Strategis (PMI).

Entah mengapa mata kuliah ini menjadi begitu menyenangkan di mata kami, apalagi bagi mereka yang sangat berminat di bidang advertising. Oleh karena itu, kami selalu berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan semaksimal mungkin, bahkan mengerjakan hingga larut malam. Terlalu larut, malah.

Tahukah bagian paling sulit dalam mengerjakan tugas PMI? Bedah brief, lalu brainstorming atau ngide. Sungguh, menghantarkan dari brief menjadi suatu campaign bukanlah hal mudah dan terkadang mengundang kami, manusia-manusia laknat ini, untuk melakukan hal-hal bodoh.

Hari Rabu (10/6), kelompok PMI saya yang bernama Upadios (iya, namanya lucu) sok ide dengan niat mengerjakan UAS PMI di rumah salah seorang anggota kelompok, Gora. Biasanya selalu berkumpul di malam hari, kali ini sudah sok ide lagi dengan menentukan waktu berkumpul yang lebih awal. Eh, ternyata tetapi malam kumpulnya alias pada telat. Dasar.

Sudah berkumpul, tidak segera mengerjakan tugas, kami malah bertukar lagu, berguling-guling, menonton Master Chef, menghujat juri-juri Master Chef. Bodoh dan lapar, kemudian kami mengutus El untuk membeli nasi goreng, sebenarnya sekalian dia keluar untuk bertemu orang, sih. Sebelum nasi goreng datang, kami berusaha ngide sekuat pikiran untuk menemukan campaign. Namun gagal, perut lapar. Eh tiba-tiba sudah jam 12 saja. Nasi goreng datang, kami makan. Makan selesai, kami mengantuk. Ide belum ketemu. Ketiduran di lantai, besoknya lelah. Badan pegal, pulang.

Baru saja tadi malam, Selasa (16/6) kami ngide lagi, kali ini di kampus. Sudah berputar-putar hingga berjam-jam, namun belum juga menentukan campaign apa yang akan digunakan. Bahkan sampai berputar-putar kampus, ke toilet berkali-kali, mengunjungi kelompok lain, hingga foto chipmunks di laptop. Kemudian lapar lagi, lalu malah ke burjo, tercetus beberapa ide, namun bingung eksekusinya. Kemudian kedinginan, pulang.

Agak tidak jelas, memang. Tetapi, ngide tidak semudah kelihatannya. Perlu usaha memeras keringat, pikiran, bahkan kantong.

Satu hal yang sangat saya suka dari kelompok PMI ini adalah, sekeras apapun kami berpikir, selama apapun kami ngide, sebodoh apapun ide yang kami cetuskan, kami selalu berusaha untuk memikirkannya bersama-sama. Menyatukan ide, gagasan, perasaan. Menyenangkan.

Hingga saat ini saya menulis entry, ketahuilah bahwa kami masih berada di coffeeshop andalan di Jalan Kaliurang sambil mengejar deadline yang tinggal 14 jam lagi. Semoga kami berhasil.

Upadios (minus Elrepyan)




Tuesday 16 June 2015

#28 Manusia Kode

Manusia wanita suka sekali menyampaikan sesuatu dengan kode, yang dimaksud kode di sini adalah isyarat, baik verbal maupun tidak, untuk menyampaikan maksud/informasi yang sebenarnya.

Misal:
Maksud: "Jemput aku, dong."
Kode: "Belum tahu, nih, pulang naik apa."

Maksud: "Makan, yuk."
Kode: "Laper, sih. Tapi gampang, deh."

Maksud: "Dingin, pinjemin jaket."
Kode: *gosok-gosokin tangan*

dan lain-lain,
dan sebagainya,
dan seterusnya.

Entah mengapa wanita lebih sering menyampaikan lewat kode alih-alih berterus terang. Gengsi? Malu? Tidak enak hati?
Saya sendiri sebagai wanita terkadang masih bertanya-tanya.
Padahal, yang namanya kode dari komunikator belum tentu ditangkap dengan benar oleh komunikan.
Salah satu noise yang paling sering terjadi: komunikan yang tidak peka.
Pasti tahu, kan, siapa yang sering dianggap tidak peka? Pria.

Pria ingin menerima informasi secara jelas dan lugas, bukan berupa kode.
Padahal, sekali lagi, wanita suka sekali bermain kode.

Begitu saja terus, sampai Metallica bikin album religi.


Monday 15 June 2015

#27 Andai Hanya Ada Satu Sudut Pandang

Andai semua orang melihat sesuatu dari perspektif yang sama
Tak ada perdebatan
Tak ada yang dianggap benar dan yang dianggap salah
Akankah dunia menjadi lebih tenang dan damai?

Atau
Akankah kreativitas terpasung?
Terpenjara dalam keterbatasan
Karena tak ada yang lebih dan yang kurang

Entahlah
Tulisan yang tidak jelas
Anggap saja sedang melantur sambil mendengarkan Imagine dari John Lennon