Tuesday 24 September 2013

Komunikasi dari Kata Hati #bridgingcourse

Saat diberi tugas untuk membuat entry yang menceritakan alasan mengapa masuk Komunikasi, saya pikir itu adalah hal yang mudah, namun ternyata saya salah. Menuliskan alasan tentang suatu keinginan yang sudah terkabul ternyata tidak semudah yang dikira. Tetapi kemudian saya tersadar bahwa yang perlu dilakukan hanyalah menceritakan kembali hal-hal yang membuat saya dapat berada di posisi sekarang ini.

Ketika masih duduk di bangku SMA, belum terlintas di benak saya untuk mengambil jurusan di mana yang dipelajari adalah lingkup dunia media, sosial, dan politik, yang ada malah keinginan untuk memahami lebih dalam seputar ekonomi dan keuangan. Mungkin pola pikir ini terbentuk karena ayah dan ibu yang berkecimpung dalam dunia tersebut sehingga pembicaraan mengenai dunia ekonomi adalah sesuatu yang akrab terdengar di telinga saya. Pola pikir tersebut kemudian mengental menjadi tekad untuk mendalami studi di bidang tersebut.

Namun, ada suara kecil di pikiran ini yang mengatakan bahwa sebenarnya ketertarikan saya terletak pada kehidupan sosial di mana saya dapat bertemu dengan orang-orang baru atau berkreasi dalam tulisan. Dari dulu memang saya menyukai interaksi dengan orang lain, dapat mengenal orang baru selalu menjadi hal yang menyenangkan dan menyedot perhatian lebih. Selain itu, walau kemampuan menulis saya belum begitu baik, saya ingin nantinya dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan yang dapat menjadi konsumsi banyak orang. Tentu saja kedua hal diatas hanya dapat dipelajari lebih dalam di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Seiring berjalannya waktu, saya mencari tahu berbagai hal mengenai dunia komunikasi maupun ekonomi. Tapi, semakin banyak narasumber, semakin banyak pula kebimbangan saya dalam memilih satu diantara dua pilihan tersebut. Selalu saja ada perdebatan mengenai mana yang lebih tepat untuk dipilih. Dari sekian banyak sumber yang memberi masukan, pada intinya hanya ada satu nasihat yang selalu sama: pilihlah jurusan yang sesuai dengan kata hati. Ya, jurusan yang sesuai dengan passion, tempat di mana kita nantinya memahami sesuatu yang memang menjadi ketertarikan kita. Kesimpulan ini seharusnya sudah menjelaskan mana yang harus saya pilih. Sayangnya, terkadang keputusan dari berbagai pihak yang berpengaruh dapat mengalahkan keinginan sebenarnya. Di bimbel yang saya ikuti, dorongan untuk masuk ke jurusan dengan standar tinggi sangatlah besar. Melihat nilai try out yang didapatkan pada saat itu, keoptimisan untuk masuk ke jurusan di bidang ekonomi juga sangat besar. Akhirnya diambil keputusan bahwa Manajemen berada di pilihan pertama dan Ilmu Komunikasi di pilihan kedua untuk SBMPTN yang saya jalani. Pilihan itu adalah keputusan bersama dari berbagai pihak yang ikut andil dalam menentukan studi saya kedepannya.

Setelah menjalani tes SBMPTN, rasa khawatir, gelisah, dan bingung kembali melanda. Ke mana jalan saya selanjutnya sangat bergantung pada hasil tes tersebut. Beberapa jam sebelum pengumuman SBMPTN, saya bertanya kepada ibu saya bagaimana jika nanti yang tertulis di pengumuman bukanlah pilihan pertama? Ibu saya menjawab, “Apapun hasilnya nanti, itu adalah yang terbaik.” Jawaban yang singkat namun menenangkan. Saat pengumuman pun tiba, saya membuka website resmi SBMPTN dengan kegugupan seolah jantung saya berdetak sepuluh kali lebih hebat dari biasanya. Dan di website tersebut tertulis dengan jelas “Diterima di: ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA”. Sebaris kalimat ini seolah menjawab semua kegundahan selama ini.

Walaupun masuk pada pilihan kedua, saya merasa bahwa ini adalah jalan yang benar-benar dipilihkan untuk dijalani nantinya. Saya bersyukur dapat masuk ke jurusan di mana yang dipelajari adalah sesuatu yang memang menjadi ketertarikan selama ini dan semoga nantinya saya dapat mencapai hasil terbaik dari apa yang saya pilih.