Saturday 23 May 2015

#4 Surat dari Rantau

Jakarta,   6 November 1964

Untuk Ibuku yang kusayang

Halo, Ibu, apa kabar?
Kurasa Ibu membuka surat ini langsung setelah Pak Pos mengantarnya. Mungkin kau sedang menyapu? Aku bisa membayangkan Ibu langsung meletakkan gagang ijuk itu dan membuka amplop surat dengan tergesa. Lalu, sekarang kau sedang tersenyum membaca surat ini.

Apakah pohon jambu di depan rumah sudah berbuah? Terakhir aku pulang, pohon itu belum menampakkan kembangnya. Mungkin sekarang buah jambu yang manis sudah bergantungan di dahannya. Atau mungkin Ibu sudah mencicipi manisnya? Wah, sudah cukup lama, ya, aku meninggalkan rumah.

Aku ingin Ibu tahu bahwa aku di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan lancar berkat doa dan restu darimu. Maaf selama ini aku belum dapat membalas surat-surat dari rumah karena belum ada uang sisa untuk membeli perangko. Baru beberapa hari lalu aku mendapat bonus dari atasanku karena kinerjaku yang katanya cukup memuaskan. Lihat, anak Ibu berprestasi, ya.

Sungguh, aku rindu rumah, Bu. Aku rindu daun-daun pohon jambu, cemara, dan kemangi yang selalu berguguran di depan rumah kita. Aku rindu ayam-ayam tetangga yang tersesat ke rumah kita. Aku rindu opor ayam dan acar gurame buatanmu. Aku rindu Ibu.

Ibu, aku ingin memohon maaf sekali lagi karena libur Natal esok aku belum dapat pulang ke rumah. Tugas akhir tahun menumpuk dan awal tahun akan menjadi sangat sibuk bagi tempatku bekerja sekarang. Selain itu, tiket untuk pulang akan melambung tinggi pada awal tahun. Aku berjanji ketika semuanya beres aku akan pulang ke rumah.

Aku tahu Ibu menitikkan air mata ketika membaca surat ini. Jangan menangis, Bu. Aku ingin kau tersenyum bahwa anakmu sudah berhasil di kota orang. Aku ingin Ibu bangga. Kelak, ketika aku sudah menjadi orang sukses, aku akan mengajakmu ke sini untuk melihat bagaimana kota ini menemani pagi dan malamku. Aku yakin Ibu akan menyukainya.

Sekian dulu surat ini, ya, Bu. Semoga aku dapat rutin mengabarimu dengan surat-surat berikutnya. Aku menyayangimu.

Anakmu,


Ratri

No comments:

Post a Comment