Friday 20 December 2013

Malam, Dingin, Sunyi, dan Firasat

Malam menghardik,
"Tidurlah!
Kau tak lihat, aku adalah penguasa mata-mata yang terlelap
dan mimpi-mimpi yang hinggap.
Kau harus menjadi satu diantaranya.
Aku sudah lelah,
akhir-akhir ini sudah terlalu banyak orang sepertimu,
yang tak mau mengalah dari waktu.
Jangan biarkan kehadiranku hanya untuk menemanimu
berkelana dalam hal-hal bodoh dan naif!"

Dingin berseru,
"Aku ingin bersamamu.
Memelukmu dalam dekapanku,
meski aku tau kau tak mengharapkan kehadiranku.
Aku hanya ingin kau merasakan keberadaanku,
berhenti mengeluh, dan mulai bersyukur atas semua yang kau miliki.
Tenang saja,
aku tak akan selamanya menemanimu.
Aku akan pergi,
mungkin saat kau berada dalam rengkuhan tangan hangatnya yang tulus."

Sunyi berkata,
"Aku membutuhkanmu.
Tapi, hal tersebut tak bertepuk sebelah tangan,
karena aku mengerti kau juga membutuhkanku,
walau kau tak mau mengakuinya.
Di saat yang lain pergi, ke mana kau akan berbincang?
Mengulang-ulang pembicaraan yang melulu tentang dirinya.
Ya, aku akan selalu di sini.
Sebenarnya aku tak pernah ke mana-mana,
hanya kadang kau tak menghargai keberadaanku."

Firasat berbisik,
"Maafkan aku jika terpaksa masuk dalam dirimu.
Sungguh, aku pun tak ingin berada di sini.
Aku tak ingin kau merasakan
kemarahan Malam,
pelukan Dingin,
atau ditemani Sunyi.
Namun, apa daya,
semesta yang berkehendak.
Yang kau butuhkan hanyalah menelaah
apakah kehadiranku berarti,
atau sekedar kekosongan belaka.
Tapi, ku harap kau segera menemukan jawaban."

1 comment: