Saat diberi tugas untuk membuat entry yang menceritakan alasan
mengapa masuk Komunikasi, saya pikir itu adalah hal yang mudah, namun ternyata
saya salah. Menuliskan alasan tentang suatu keinginan yang sudah terkabul ternyata
tidak semudah yang dikira. Tetapi kemudian saya tersadar bahwa yang perlu dilakukan
hanyalah menceritakan kembali hal-hal yang membuat saya dapat berada di posisi sekarang ini.
Ketika masih duduk di bangku SMA, belum terlintas di benak
saya untuk mengambil jurusan di mana yang dipelajari adalah lingkup dunia
media, sosial, dan politik, yang ada malah keinginan untuk memahami lebih dalam
seputar ekonomi dan keuangan. Mungkin pola pikir ini terbentuk karena ayah dan
ibu yang berkecimpung dalam dunia tersebut sehingga pembicaraan mengenai dunia
ekonomi adalah sesuatu yang akrab terdengar di telinga saya. Pola pikir
tersebut kemudian mengental menjadi tekad untuk mendalami studi di bidang
tersebut.
Namun, ada suara kecil di pikiran ini yang mengatakan bahwa
sebenarnya ketertarikan saya terletak pada kehidupan sosial di mana saya dapat
bertemu dengan orang-orang baru atau berkreasi dalam tulisan. Dari dulu memang
saya menyukai interaksi dengan orang lain, dapat mengenal orang baru selalu
menjadi hal yang menyenangkan dan menyedot perhatian lebih. Selain itu, walau
kemampuan menulis saya belum begitu baik, saya ingin nantinya dapat menuangkan
ide-ide dalam bentuk tulisan yang dapat menjadi konsumsi banyak orang. Tentu saja
kedua hal diatas hanya dapat dipelajari lebih dalam di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Seiring berjalannya waktu, saya mencari tahu berbagai hal
mengenai dunia komunikasi maupun ekonomi. Tapi, semakin banyak narasumber,
semakin banyak pula kebimbangan saya dalam memilih satu diantara dua pilihan
tersebut. Selalu saja ada perdebatan mengenai mana yang lebih tepat untuk
dipilih. Dari sekian banyak sumber yang memberi masukan, pada intinya hanya ada
satu nasihat yang selalu sama: pilihlah jurusan yang sesuai dengan kata hati.
Ya, jurusan yang sesuai dengan passion, tempat di mana kita nantinya memahami
sesuatu yang memang menjadi ketertarikan kita. Kesimpulan ini seharusnya sudah
menjelaskan mana yang harus saya pilih. Sayangnya, terkadang keputusan dari
berbagai pihak yang berpengaruh dapat mengalahkan keinginan sebenarnya. Di
bimbel yang saya ikuti, dorongan untuk masuk ke jurusan dengan standar tinggi
sangatlah besar. Melihat nilai try out yang didapatkan pada saat itu, keoptimisan
untuk masuk ke jurusan di bidang ekonomi juga sangat besar. Akhirnya diambil
keputusan bahwa Manajemen berada di pilihan pertama dan Ilmu Komunikasi di pilihan
kedua untuk SBMPTN yang saya jalani. Pilihan itu adalah keputusan bersama dari berbagai
pihak yang ikut andil dalam menentukan studi saya kedepannya.
Setelah menjalani tes SBMPTN, rasa khawatir, gelisah, dan
bingung kembali melanda. Ke mana jalan saya selanjutnya sangat bergantung pada
hasil tes tersebut. Beberapa jam sebelum pengumuman SBMPTN, saya bertanya
kepada ibu saya bagaimana jika nanti yang tertulis di pengumuman bukanlah
pilihan pertama? Ibu saya menjawab, “Apapun hasilnya nanti, itu adalah yang
terbaik.” Jawaban yang singkat namun menenangkan. Saat pengumuman pun tiba,
saya membuka website resmi SBMPTN dengan kegugupan seolah jantung saya berdetak
sepuluh kali lebih hebat dari biasanya. Dan di website tersebut tertulis dengan
jelas “Diterima di: ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA”. Sebaris kalimat
ini seolah menjawab semua kegundahan selama ini.
Walaupun masuk pada pilihan kedua, saya merasa bahwa ini
adalah jalan yang benar-benar dipilihkan untuk dijalani nantinya. Saya bersyukur
dapat masuk ke jurusan di mana yang dipelajari adalah sesuatu yang memang menjadi
ketertarikan selama ini dan semoga nantinya saya dapat mencapai hasil terbaik
dari apa yang saya pilih.